SITUASI ibukota Mesir, Kairo sampai kemarin malam masih tidak menentu. Demo, kerusuhan dan penjarahan terjadi di mana-mana. Orang-orang kaya Mesir mulai mengungsi ke luar negeri dengan pesawat pribadi mereka.
Diperkirakan ada 19 orang kaya Mesir yang lari dengan pesawat pribadi keluar Mesir. Mereka memilih negera terdekat yang lebih kondusif situasinya.
Sampai kemarin, pengunjuk rasa memang masih tampak memenuhi Kota Kairo dan beberapa kota besar di Mesir lainnya. Mereka terus menuntut Presiden Husni Mubarak mundur dari jabatannya. Kebijakannya yang dianggap terlalu memihak kalangan kaya negara tersebut, memicu warga makin beringas melakukan aksi protes.
Sadar mereka terancam oleh kemungkinan serangan warga yang mengamuk, orang-orang kaya Mesir ini memutuskan untuk keluar dari negeri itu.
Sekira 19 pesawat yang membawa kalangan kaya Mesir dan pengusaha Arab dilaporkan telah keluar dari Kairo. Pesawat-pesawat itu juga membawa anggota keluarga dari orang kaya Mesir. Sebagian besar dari pesawat itu diketahui menuju ke Dubai. Demikian diberitakan The Daily Telegraph, Minggu (30/1).
Di antara penumpang yang berada di pesawat itu adalah keluarga dari pengusaha telekomunikasi Mesir Naguib Sawiris dan pengusaha hotel Hussein Salem yang dikenal sebagai orang dekat Presiden Hosni Mubarak.
Kerusuhan yang melanda Mesir paling sedikit telah menyebabkan 102 orang tewas. Korban tewas makin memperparah keadaan di Mesir yang sudah dilanda protes anti-pemerintah yang memasuki hari kelima. Tambahan korban tewas dilaporkan pada hari Sabtu 29 Januari yang mencapai 33 jiwa. Sebelumnya jumlah korban tewas dilaporkan mencapai 92 orang sejak protes yang berlangsung pada hari Kamis 27 Januari.
Sebanyak 10 orang diantaranya tewas di kota Beni Sueif, sekira 140 kilometer dari Kairo dan membuat jumlah total korban tewas di Beni Sueif mencapai 22 orang. Hal ini terjadi saat warga mencoba membakar sebuah kantor polisi setempat. Demikian diberitakan Associated Press, Minggu (30/1).
Pihak berwenang melaporkan tiga orang kembali tewas di Kairo pada hari Sabtu, tiga lainnya juga kehilangan nyawanya di Rafah dan lima lainnya di Ismailia.
Protes yang menuntut turunnya Presiden Housni Mubarak ini, dianggap sebagai protes berdarah yang paling parah pernah terjadi di Negeri Piramid. Ribuan warga juga dilaporkan terluka dalam bentrokan yang bermula dari protes anti-pemerintah tersebut.
Meski telah menunjuk Omar Suleiman sebagai wakil presiden, warga Mesir tetap bersikeras mendesak Mubarak untuk mundur dari jabatannya.
Menurut warga penunjukan Suleiman hanyalah tipu muslihat. Bagi Suleiman tidak lebih sebagai kroni dari Mubarak dan menuntut Aksi penjarahan meluas. Tak hanya pusat pertokoan dan pebelanjaan saja yang dijarah, bahkan musemum Mesir pun ikut didobrak.
Mereka pun mencopot kepala dari dua mumi dan merusak sekira 10 artefak sebelum akhirnya ditangkap oleh tentara.
Kepala Dinas Artefak Mesir Zahi Hawass mengatakan pihak militer berhasil mencegah warga yang hendak mencuri artefak berharga di Museum Mesir. Pihak militer sendiri mampu mengamankan artefak-artefak berharga koleksi dari museum.
Masih berlangsungnya protes anti-pemerintah dan beberapa bentrokan yang terus berlangsung di jalanan, membuat militer melakukan penjagaan ketat di beberapa museum yang menyimpan peninggalan berharga Negeri Piramid tersebut.
Namun ancaman baru dihadapi pihak museum meski mereka sudah mengamankan benda berharga yang ada. Hawass menilai ancaman datang dari terbakarnya markas patai yang berkuasa saat ini.
"Jika gedung tersebut (markas Partai Nasional Demokrat) hancur, maka dapat saja menimpa museum," ungkap Hawass seperti dikutip Associated Press, Minggu (30/1).
Museum Mesir yang diisikan koleksi berharga seperti topeng emas Raja Tutankhamun, juga menjadi rumah dari ribuan artefak berharga yang mewarnai sejarah negara tersebut.
Museum ini memang terletak di dekat lokasi protes anti-pemerintah. Massa sebelumnya melakukan aksi sweeping di Kairo, namun pada akhirnya pihak keamanan mampu menjaga keamaan sekitar gedung di Ibu Kota Mesir tersebut.
Read More..